Rabu, 08 Februari 2017

Pengaturan Tempat Duduk Untuk Menunjang Pembelajaran Kondusif Disekolah Dasar

Pengaturan Tempat Duduk Untuk Menunjang Pembelajaran Kondusif Disekolah Dasar

Ulwan Syafrudin
Universitas Pendidikan Indonesia (Kampus Daerah Serang)

Abstrak. Permasalahan yang sering terjadi dalam pembelajaran di kelas adalah kurang kondusifnya situasi kelas yang disebabkan karena banyaknya siswa yang mengobrol, sehingga menimbulkan keributan. Salah satu faktor yang mendasari adanya situasi seperti itu diantaranya penataan ruangan kelas yang kurang baik. Penataan ini merujuk kepada posisi tempat duduk siswa. Penataan ruang kelas menjadi salah satu hal penting untuk diperhatikan oleh guru sebelum proses pembelajaran dimulai, hal ini diungkap oleh Winzer (dalam Winataputra, 2003. hlm 9-21) bahwa “penataan lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. . diketahui tempat duduk berpengaruh jumlah terhadap waktu yang digunakan siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan”. dari pentingnya tersebut, Penataan yang seharusnya tertata dalam kelas dapat menempatkan antara siswa perempuan dan laik-laki secara tepat. sesuai pendapat yang diungkapkan oleh jane Bluestein (2013) bahwa dalam mengatur tempat duduk jangan berdasarkan jenis kelamin, Karena tidak pernah boleh memisahkan siswa berdasarkan jenis kelamin, bahkan jika siswa itu sendiri yang memintanya.  makalah ini secara umum bermaksud untuk mengemukakan pendapat bagaimana caranya penataan tempat duduk untuk menunjang pembelajaran yang kondusif karena dalam pembelajaran yang kondusif anak akan tertarik untuk belajar dan tujuan pembelajaranpun akan tercapai.
Kata kunci : Tempat Duduk, Pembelajaran Kondusif

Abstract. causing a commotion. One of the factors underlying the existence of such situations include the arrangement of classrooms that are less good. This refers to an arrangement of the seating position of students. A classroom setting into one of the important things to be noticed by the teacher before the learning process begins, it is revealed by Winzer (in Winataputra, 2003. pp 9-21) that "the arrangement of appropriate classroom environment affect the level of involvement and participation of students in the learning process , , Unknown seating affect the amount of time that students use to complete the assigned task ". of such importance, the arrangement should be put in a class arranged between female students and female eligible appropriately. corresponding opinions expressed by Jane Bluestein (2013) that in arranging the seating not based on gender, For never be separated students by gender, even if the students themselves who requested it. These papers are generally intended to express opinions how the seating arrangement to support learning that is conducive for learning conducive children will be interested to learn and pembelajaranpun objectives will be achieved.
Key words : Seating, Conducive Learning





Pendahuluan
Permasalahan yang sering terjadi dalam pembelajaran di kelas adalah kurang kondusifnya situasi kelas yang disebabkan karena banyaknya siswa yang mengobrol, sehingga menimbulkan keributan. Salah satu faktor yang mendasari adanya situasi seperti itu diantaranya penataan ruangan kelas yang kurang baik. Penataan ini merujuk kepada posisi tempat duduk siswa. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa guru seringkali membebaskan siswanya untuk menentukan tempat duduk secara individual dan membiarkan siswanya duduk di tempat duduk yang telah ditentukan olehnya bersama teman-teman satu kelompoknya yang mayoritas penempatan ini di dominasi oleh suatu kelompok seperti halnya kelompok laki-laki dan perempuan saja, sehingga penataan ini masih terkesan belum tertata dengan baik.
Penataan ruang kelas menjadi salah satu hal penting untuk diperhatikan oleh guru sebelum proses pembelajaran dimulai, hal ini diungkap oleh Winzer (dalam Winataputra, 2003. hlm 9-21) bahwa “penataan lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Lebih jauh, diketahui bahwa tempat duduk berpengaruh jumlah terhadap waktu yang digunakan siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan”. dari pentingnya tersebut, Penataan yang seharusnya tertata dalam kelas dapat menempatkan antara siswa perempuan dan laik-laki secara tepat. Hal ini sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh jane Bluestein (2013) bahwa dalam mengatur tempat duduk jangan berdasarkan jenis kelamin, Karena tidak pernah boleh memisahkan siswa berdasarkan jenis kelamin, bahkan jika siswa itu sendiri yang memintanya, sebagai pendidik harus menghentikan mitos yang mengatakan bahwa wanita dan pria adalah “lawan”. Kita harus mendorong interaksi sedini mungkin dan tidak membiarkan masing-masing kelompok memandang kelompok lainnya adalah “ musuh atau pihak lain” mungkin jika kita sejak awal berhenti memisahkan anak-anak berdasarkan jenis kelaminnya, anak perempuan dan anak laki-laki akan lebih bekerjasama dan saling membantu sama lain pada saat mereka meningkat remaja.
Dari pendapat-pendapat yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dengan penataan posisi duduk yang sesuai dengan jumlah siswa yang dibagi berdasarkan jenis kelaminnya, siswa dapat lebih berkonsentrasi karena meminamlisir siswa untuk mengobrol bersama teman-teman satu kelomponya, dengan berkonsentrasi, siswa diharapkan dapat memaknai proses belajarnya. Pemaknaan siswa terhadap pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Maka dari itu penataan posisi tempat duduk ini tepat untuk diterapkan.
Melihat pentingnya hal ini, maka pemakalah akan memaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan penataan psisi tempat duduk diantaranya : pengertian penataan tempat duduk, jenis-jenis tempat duduk
Dari pendapat dan penguatan pernyatan oleh beberapa ahli yang berentangan dengan posisi kenyataan dilapangan, seharusnya guru yang menjadi sutradara kelas mulai membenahi ruangan kelas melalui pe nataan kelas yang sesuai dengan penytaan yang telah dissampaikan sebelumnya agar tercipta ruangan kelas yang tidak lagi didukung namun mendukung proses pembelajaran. Seperti yang kita ketahui bahwasannya lingkungan termasuk penataan ruangan mempengaruh jalnnya proses belajar mengajar diklas yang akan berpengaruh terhadap proses berfikir siswa yang pada akhirnya beprngaruh pula pada pemakanaan pembelajaran oleh siswa hingga prestasi yang dirassih oleh siswa.

Berdasarkan masalah-masalah tersebut diatas maka makalah ini secara umum bermaksud untuk mengemukakan pendapat bagaimana caranya penataan ruang kelas untuk menunjang pembelajaran yang kondusif karena dalam pembelajaran yang kondusif anak akan tertarik untuk belajar dan tujuan pembelajaranpun akan tercapai.
Oleh karena itu tujuan penulisan makalah ini adalah : (1) memaparkan pendapat mengenai penataan tempat duduk yang baik; (2) memaparkan fakta yang terkait kesalahan dalam menata tempat duduk didalam kelas (3) mengemukan solusi alternative dalam pembelajaran yang kondusif melalaui penataan tempat duduk
Pembahasan

1. Pengaturan Tempat Duduk
Menurut Sidi (Asmani, 2010:117) “pengaturan tempat duduk dalam pembelajaran lebih bervariasi, termasuk kerja kelompok, kerja perorangan, dan klasikal”.
Pengaturan atau penataan tempat duduk adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas. Dengan penataan tempat duduk yang baik maka diharapkan akan menciptakan kondisi belajar yang kondusif, dan juga menyenangkan bagi siswa. Penataan lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Lebih jauh, diketahui bahwa tempat duduk berpengaruh jumlah terhadap waktu yang digunakan siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Sesuai dengan maksud pengelolaan kelas sendiri bahwa pengelolaan kelas merupakan upaya yang dilakukan oleh pembelajar (guru) dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, melalui kegiatan pengaturan pembelajar (siswa) dan barang/ fasilitas. Selain itu pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan, memelihara tingkah laku pembelajar (siswa) yang dapat mendukung proses pembelajaran. Maka dengan demikian pengelolaan kelas berupa penataan tempat duduk pembelajar (siswa) sebagai bentuk pengelolaan kelas dapat membantu menciptakan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.
Pengaturan tempat duduk terdiri dari bemacam-macam jenis. Silberman (2001:13) menunjukkan “penataan tempat duduk siswa yang dapat dipilih dalam proses pembelajaran adalah: model huruf U, corak tim, meja konferensi, lingkaran, susunan chevron, auditorium, dan model tradisional”.
Pada dewasa ini banyak sekali guru yang modifikasi tempat duduk untuk menemukan supaya pembelajaran yang kondusif dan banyak yang meninggal model tempat duduk tradisional padahal itu sangat baik ketika diterapkan didalam kelas karena guru dapat menjangkau siswa dan lebih teratur. Dan dalam Penataan tempat duduk dalam kelas dapat menempatkan antara siswa perempuan dan laik-laki secara tepat. Hal ini sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh jane Bluestein (2013) bahwa dalam mengatur tempat duduk jangan berdasarkan jenis kelamin, Karena tidak pernah boleh memisahkan siswa berdasarkan jenis kelamin, bahkan jika siswa itu sendiri yang memintanya, sebagai pendidik harus menghentikan mitos yang mengatakan bahwa wanita dan pria adalah “lawan”. Kita harus mendorong interaksi sedini mungkin dan tidak membiarkan masing-masing kelompok memandang kelompok lainnya adalah “ musuh atau pihak lain” mungkin jika kita sejak awal berhenti memisahkan anak-anak berdasarkan jenis kelaminnya, anak perempuan dan anak laki-laki akan lebih bekerjasama dan saling membantu sama lain pada saat mereka meningkat remaja.
2. Pembelajaran Kondusif `
Marzuki dalam Supardi (2013:207), berpendapat bahwa iklim sekolah adalah keadaan sekitar sekolah dan suasana yang sunyi dan nyaman yang sesuai dan kondusif untuk pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi akademik. Desmita (2009:301), berpendapat bahwa Iklim sekolah (school climate) adalah situasi atau suasana yang muncul akibat hubungan antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan peserta didik, dan hubungan antar peserta didik, yang mempengaruhi sikap (attitude), kepercayaan (beliefs), nilai (values), motifasi (motifation) dan prestasi orang-orang (personalia) yang terlibat dalam suatu (sekolah) tertentu. Sementara itu, kondusif berasal dari kata kondi yang berarti persyaratan atau keadaan, kata kerjanya adalah mengkondisikan yang berarti membuat persyaratan atau menciptakan suatu keadaan. Sementara kondusif sendri merupakan kata sifat, kondusif diartikan sebagai memberi peluang pada hasil yang diinginkan yang bersifat mendukung.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suasana kondusif adalah keadaan yang mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Iklim kondusif di sekolah akan memberikan pengaruh yang baik bagi peserta didik untuk mengembangkan diri, baik untuk jangka pendek ataupun untuk jangka panjang. Kelas kondusif adalah jenis kelas yang menggelinding dengan sendirinya, di kelas tersebut guru menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengajar dan tidak untuk menegakkan disiplin, peserta didik mengikuti pelajan dan menyelesaikan tugas belajarnya dengan sekehendaknya sendiri tanpa harus diawasi oleh guru, pesetra didik yang tampak terlibat dalam tugas belajarnya saling berinteraksi sehingga suara muncul dari beberapa tempat secara bersamaan, tetapi, suara tersebut dapat dikendalikan oleh guru dan peserta didik pun menjadi giat dalam belajar serta tidak saling mengganggu, jika muncul kembali suara-suara dari peserta didik dan terasa sedikit mengganggu, guru cukup memberi sedikit peringatan dan kelas menjadi kondusif. Siapapun akan melihat kelas yang kondusif seperti ini begitu hangat dan menghasilkan prestasi yang membanggakan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis kelas yang menggelinding dengan sendirinya merupakan jenis kelas ideal karena dapat menjadikan kelas yang kondusif (Wiyani, 2013:185,186). Penelitian menunjukan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis (Riyanto, 2009:203). Menurut Mamat Dalam Supardi ( 2013:53), suasana sangat penting karena memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap perkembangan anak-anak dari segi pengenalan tentang konsep diri, kemandirian bekerja dan belajar dengan efektif dan kemampuan mengadakan hubungan yang baik dengan orang lain.Iklim sekolah yang positif dapat menggerakkan kegiatan pembelajaran dan daya kreativitas pelajar, sedangkan iklim yang negatif akan membekukan perkembangan pelajar. Sejumlah pemikir dan praktisi dunia pendidikan konteporer seperti Hanushek, Bobbi De
Poter & Miskel Sackney, menyarankan kepada pihak sekolah agar mampu menciptakan iklim sekolah yang sehat dan menyenangkan, yang memungkinkan siswa dapat menjalani interaksi sosial secara memadai di lingkungan sekolah. Iklim sekolah yang sehat ini, dibutuhkan untuk membangkitkan motifasi belajar siswa, akantetapi juga diperlukan untuk mengantisipasi timbulnya perasaan yang tidak nyaman dan stres dalam diri siswa, yang akan mempengaruhi prestasi belajar.
Dari kesimpulan tersebut, dapat disimpulkan bahwa suasana yang kondusif adalah suasana kelas yang aman dan nyaman secara emosional dan intelektual. Tertib dan aman dari berbagai gangguan, dan disipilin dalam berbagai aktifitras pembelajaran di kelas. Tidak harus dikekang dengan kedisiplinan, akan tetapi dengan keadaan kelas yang menggelinding dengan sendirinya merupakan jenis kelas yang ideal, karena siswa dapat melibatkan diri, mengambil, bahagia, dan menumpukan perhatian dalam pembelajaran. Pengaturan dan pengawasan terhadap kelas sebagai lingkungan belajar ini turut menentukan sejauh mana kelas tersebut menjadi kelas yang terbaik. Kelas yang baik adalah kelas yang bersifat menantang, dapat merangsang peserta didik untuk belajar, serta memberikan rasa aman dan kepuasan kepada peserta didik dalam belajar.

Kesimpulan dan Rekomendasi
Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/ penataan ruang kelas dan isinya termasuk penataan tempat duduk siswa, selama proses pembelajaran. Penataan tempat duduk adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas. Model tempat duduk tradisional itu sangat baik ketika diterapkan didalam kelas karena guru dapat menjangkau siswa dan lebih teratur Faktor yang perlu diperhatikan dalam penataan tempat duduk siswa adalah jenis kelamin dan dalam mengelola antara laki-laki dan perempuan harus tepat. maka dengan penataan posisi duduk yang sesuai dengan jumlah siswa yang dibagi berdasarkan jenis kelaminnya, siswa dapat lebih berkonsentrasi karena meminamlisir siswa untuk mengobrol bersama teman-teman satu kelompoknya, dengan berkonsentrasi, siswa diharapkan dapat memaknai proses belajarnya. Pemaknaan siswa terhadap pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Maka dari itu penataan posisi tempat duduk ini tepat untuk diterapkan Sehingga proses pembelajaran menjadi kondusif.
Referensi
Bluestein, J. (2013). Manajemen Kelas. Jakarta: Indeks.
Nana Sudjana. (2002). Dasar-dasar proses belajar-mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Rachman. (2009).Pengaturan Tempat duduk Didalam Kelas. [Online]. Tersedia : http://www.sekolahdasar.net/2009/03/pengaturan-tempat-duduk-di-dalam-kelas . Diakses : 26 Desember 2016
Rushdie, S. (2011). Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas. Yogyakarta: Diva Press.
Silberman, M. L. (2013). Active Learning. Bandung: Nusamedia dan Nusa Cendikia.
Susanto A, (2013). Teori belajar pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

UPI, T. D. (2013). Manejemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Wiyani, N.A. (2013). Manajemen kelas. Jogjakarta: Ar-ruzz Media


Tidak ada komentar:

Posting Komentar