Rabu, 08 Februari 2017

STUDI KASUS ANAK PEMALU DAN KURANG PERCAYA DIRI

STUDI KASUS ANAK PEMALU DAN KURANG PERCAYA DIRI
Ulwan Syafrudin
Universitas Pendidikan Indonesia (Kamda Serang)
ulwan.syafrudin@student.upi.edu

ABSTRAK
Penelitian membahas tentang siswa yang memiliki sifat pemalu dan kurang percaya diri Sebenarnya sifat pemalu dan kurang percaya diri merupakan hambatan bagi diri siswa atau anak itu sendiri. Siswa atau anak pemalu biasanya menutup diri, kurang pandai bergaul dengan teman sebayanya, tidak bisa mengekspresikan dirinya, adanya perasaan tertekan, dan sebagainya.. Metodologi yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus di mana data diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sampel dalam penelitian ini merupakan salah satu anak berjenis kelamin perempuan usia 12 tahun yang duduk di bangku kelas IV SD Negeri Kamalaka Kecamatan Taktakan Kota Serang. masalah yang dialami hotimah sebenarnya cukup kompleks dari perkembangan fisik-motorik, kognitif-bahasa, sosio-emosi tapi lebih memfokuskan keperkembangan sosio-emosional. mengatasi  siswa atau anak pemalu tidak bisa dilakukan secara sepontan, harus dilakukan setahap demi setahap. Sebab ini berkaiatan dengan kebiasaan / kepribadian dirinya. Dan mengubah kebiasaan / kepribadian tidak bisa secara langsung. Oleh karena itu mengatasi anak yang pemalu perlu kesabaran dan keuletan. Dan untuk batas waktu tidak bisa ditentukan secara pasti, tergantung seberapa besar siswa atau anak tersebut mau berubah.

Kata Kunci : Pemalu, Kurang Percaya Diri


PENDAHULUAN
Dalam Perkembangan jika kita amati dapat katakan bahwa setiap anak atau siswa memiliki karakter yang berbeda-beda, sehingga munculnya variasi karakter dari setiap orang yang kita temui disekolah dan dilingkungan kita. Seperti orangnya periang, cerdas, pandai bergaul, pemalu, kurang percaya diri dan sebagainya, dan karakter-karakter pada anak tersebut muncul biasanya cenderung  dipengaruhi oleh lingkungan. disini akan dibahas tentang siswa yang memiliki sifat pemalu dan kurang percaya diri Sebenarnya sifat pemalu dan kurang percaya diri merupakan hambatan bagi diri siswa atau anak itu sendiri. Siswa atau anak pemalu biasanya menutup diri, kurang pandai bergaul dengan teman sebayanya, tidak bisa mengekspresikan dirinya, adanya perasaan tertekan, dan sebagainya. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Jika ia pandai maka ia tidak bisa menunjukkan kepandaiannya karena tertekan oleh sifat kurang percaya diri.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diindentifikasi permasalahan yang ada yaitu. bagaimana perkembangan sosio-emosional anak yang diteliti dan bagaimana solusi yang diberikan untuk mengatasi Hambatan dalam perkembangannya.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :.
1.      Untuk mengetahui profil anak yang diteliti.
2.      Untuk mengetahui sejarah perkembangan anak yang diteliti.
3.      Untuk mengetahui perkembangan fisik-motorik anak yang diteliti.
4.      Untuk mengetahui perkembangan kognitif-bahasa anak yang diteliti.
5.      Untuk mengetahui perkembangan sosio-emosional anak yang diteliti.
6.      Untuk menemukan solusi untuk mengatasi hambatan dalam perkembanganya
Menurut Papalia. (2009, hlm. 6), Perkembangan dimulai semenjak dalam kandungan, manusia mulai menjalani proses perkembangan. Disiplin ilmu perkembangan manusia adalah studi ilmiah tentang proses tersebut”.
Menurut Santrock (2002, hlm. 6), Perkembangan adalahpola pergerakan atau pergerakan atau perubahan yang dimulai sejak masa pembuahan dan terus berlangsung selama masa hidup manusia.
Sementara itu Hurlock (1991, hlm. 1) mengemukakan bahwa perkembangan merupakan bagian dari suatu perubahan yang tidak terbatas. Perkembangan merupakan suatu perubahan yang bersifat progresif dan secara jelas mengarah kepada kematangan seseorang”.
Dari beberapa Pengertian di atas, dapat ditarik suatu simpulan bahwa perkembangan tidaklah terbatas proses perubahan individu yang berlangsung secara terus-menerus, bersifat maju dan terstruktur yang mengarah kepada kematangan atau kedewasaan seseorang.
Menurut Erikson (dalam santrock, 2012.hlm. 26), Motivasi utama manusia bersifat sosial dan mnecerminkan hasrat untuk bergabung dengan manusia lain.
Adapun tahap-tahap perkembangan psikodinamik menurt Erik Erikson terbagi ke dalam delapan tahap sebagai berikut ini: (a) Kepercayaan versus ketidakpercayaan (0-1 tahun). (b)Otonomi versus rasa malu dan keragu-raguan (1-3 tahun). (c)Prakarsa versus rasa bersalah (3-5 tahun). (d)Semangat versus rasa rendah diri (6 tahun hingga pubertas).  (e)Identitas versus kebingungan identitas (10-20 tahun). (f)Keakraban versus keterkucilan (20-30 tahun). (h)Generativitas versus Stagnasi (40-50 tahun).(i)Integritas versus keputusasaan (60 tahun ke atas)

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang dilakukan pada salah satu siswa kelas IV SD di SD Negeri Kamalaka, Kecamatan Taktakan, Kota Serang.
Metode dalam hal ini adalah  :
1.     Observasi
Metode ini digunakan untuk mengamati keadaan, sikap, dan tingkah laku siswa.
2.     Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung kepada siswa yang bersangkutan (bermasalah) siswa atau wali kelas dan orang tua siswa.
Adapun penelitian ini dilksanakan sejak bulan Oktober-Desember 2016.

HASIL STUDI KASUS
1.        Profil Anak
Anak yang dijadikan subjek penelitian dalam studi kasus ini merupakan anak yang pada saat diteliti duduk di bangku kelas IV SDN Kamalaka Kota Serang bernama Hotimah berjenis kelamin Perempuan.lahir pada tahun 2 September 2004. Hotimah merupakan anak pertama dari ketiga bersaudara..
2.        Sejarah Perkembangan
Ketika mengobservasi didalam kelas anak sama sekali diam dan tak mau berbicara dan ketika guru bertanya kepada anak, anak diam saja dan menjawabnya dengan bahasa tubuh dan ketika melihat tulisanya sulit untuk dibaca dan dimengerti, untuk sekarang hotimah belum  bisa membaca.
Hotimah termasuk siswa yang kecil walaupun untuk sekarang dia berumur 12 tahun ketika dicek tinggi hotimah hanya 108 cm dan berat 20kg. Ketika bertanya kegurunya dari kelas 1 sampai sekarang pertumbuhan hotimah tidak terlihat malah seperti tidak ada pertumbuhan. Dan ketika berangkat sekolah hotimah tidak kuat dan selalu diantarkan ayahnya.
Ketika ditelusuri dan bertanya kepada orang tuanya, Hotimah adalah anak pertama, orang tuanya menikah ketika ibunya berumur 22 tahun dan ayahnya berumur 35 tahun. Ketika melahirkan hotimah ibunya berumur 23 tahun tahun dan pas tidak ada prematur ketika melahirkan. Tetapi ketika hotimah sudah dilahirkan, ibunya kembali mengandung dan jarak antara umur dengan adiknya 1 tahun, ibunya mengakui ketika bayi ibunya kurang memperhatikan hotimah lebih perhatian ke adiknya. Ketika melihat adiknya, terlihat memang adiknya lebih besar dan terlihat lebih percaya diri. katanya ibunya hotimah termasuk anak yang susah makan, melihat dari pertumbuhan hotimah, pernah dicek ke puskemas katanya hotimah kurang kalsium dan kurang gizi. Memang ibunya sangat jarak sekali membelikan susu.

3.        Perkembangan Fisik Motorik
Ketika Bertanya kepada Guru kelasnya dan Guru-guru yang pernah menangani Hotimah karena tidak bisa mengambil datanya secara pasti perkembangan Fisik Hotimah karena di sd tersebut tidak pernah atau sudah tidak lagi pengecekan tinggi badan dan berat badan. Saat itu juga dilakukan pengecekan tinggi Hotimah hanya 108cm dan berat badan 20kg. ketika ditanya guru disekolah tersebut hotimah dari kelas 1 sampai kelas IV dalam jangka waktu 5 tahun pertumbuhannhya tidak terlihat seperti tidak ada pertumbuhan . Hotimah termasuk anak yang rajin dia suka piket kelas dalam melakukan menyapu, mengepel lantai tetapi dipelajaran olahraga hotimah diam saja melakukannya dengan sangat lambat, memukul bola kasti tidak pernah bisa dan untuk tulisan nya sulit untu dibaca bahkan huruf alfabeta tidak hafal
4.        Perkembangan Kognitif-Bahasa
Dari perkembangan Kognitif Hotimah banyak sekali keterlambatan dia belum bisa membaca, menulis bahkan hotimah sudah 2 kali tidak naik kelas. Ketika guru memberikan soal-soal semua mata pelajaran hotimah tidak bisa menjawab bahkan untuk alfabeta hotimah belum hapal. Ketika dimina untuk menulis yang ada papan tulis, tulisannya sama sekali sulit untuk dibaca.
        adapun untuk perkembangan bahasa hotimah belum bisa membaca akhirnya sulit untuk menulis bahkan ketika untuk diminta berbicara hotimah selalu menggunkan bahasa tubuh untuk menjawabnya.
5.        Perkembangan Sosio-Emosional
            Hotimah termasuk siswa yang baik dia sangat sopan kepada yang lebih tua terlebih ketika dengan guru. Cuma dalam pergaulan hotimah anak yang pendiam atau pemalu jarang sekali berbicara selalu menyendiri ketika jam istirahat.
   Pernah didalam kelas ketika guru meminta hotimah maju kedepan untuk menjawab soal dia tidak mau maju karena tidak berani kurang percaya diri , Bahkan diminta guru berbicara hotimah sering diam membalasnya dengan bahasa tubuh.

PEMBAHASAN STUDI KASUS
A.      Analisis Perkembangan
1.         Fisik-Motorik
Seperti yang sudah dipaparkan di bab 3 untuk perkembangan fisik Hotimah dari kelas 1 sampai sekarang pertumbuhannya tidak terlihat seperti tidak ada hampir sama ketika saat kelas 1 dan untuk yang umurnya sekarang sudah 12 tahun dengan tinggi 108cm dan berat 20kg. hal tersebut tidak sesuai dari karakteristik perkembangan fisik diusia sekolah dasar yang pada umumnya  bertambah tinggi 2 hingga 3 inci setiap tahunnya. Ketika berusia 11 tahun anak perempuan biasanya memiliki ketinggian 4 kaki 10 inci atau sekitar 122cm. mengalami penambahan berat tubuh sebesar 5 hingga 7 pon atau sekitar 2-3 kg setiap tahunnya (santrock, 2012. Hlm 318). Untuk Perkembangan motoric dalam pelajaran olahraga baik berlari, melompat dan memukul bola tenis dilakukannya sangat lambat dan tidak pernah mengenai bola. Untuk tulisannya sulit sekali dibaca bahkan untuk huruf alfabeta tidak hafal. Hal itu tidak sesuai perkembangan motoric usia sekolah dasar yang biasanya diumur 10 – 11 tahun hampir semua anak bisa dapat mempelajari olahraga berlari, memanjat, melompat, berenang, mengendarai sepeda. Untuk tulisan anak usia 8- 10 anak sudah dapat menulis daripada sekedar mencetak kata-kata. Ukuran tulisan kursif menjadi lebih kecil dan mantap. Di usia 10-12 tahun anak mulai memperlihatkan ketermapilan manipulasi yang serupa dengan kemampuan orang dewasa. ( santrock, 2012, hlm. 319). Dengan demikian dapat dikatakan perkembangan fisik-motorik Hotimah banyak sekali permasalahan atau tidak normal.

2.         Kognitif-Bahasa
Seperti yang paparkan sebelumnya Hotimah 2 kali tidak naik kelas . Ketika guru memberikan soal-soal semua mata pelajaran baik itu mudah dan sulit hotimah tidak bisa menjawab. Hal ini tidak sesuai dengan teori kognitif piaget dalam santrock (2012,hlm. 29) anak seusia Hotimah seharusnya mampu berpikir abtrack dan lebih logis bahkan berpikir konkret pun sulit. Adapun untuk perkembangan bahasa Hotimah belum bisa membaca akhirnya sulit untuk menulis bahkan ketika untuk diminta berbicara hotimah selalu menggunkan bahasa tubuh untuk menjawabnya. Hal ini tidak sesuai teori rata-rata anak diusia hotimah rata-rata mengusai kosa kata sekitar 40.000 kata. Selama di sekolah dasar anak-anak makin memahami dan menggunakan tata-bahasa yang kompleks. (santrock, 2012. Hlm 347). Dengan demikian dapat dikatakan perkembangan  Kognitif-Bahasa Hotimah ada masalah atau tidak Normal.
3.         Sosio-Emosional
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya Hotimah termasuk siswa yang baik dia sangat sopan kepada yang lebih tua terlebih ketika dengan guru. Cuma dalam pergaulan hotimah anak yang pendiam atau pemalu jarang sekali berbicara selalu menyendiri ketika jam istirahat. Pernah didalam kelas ketika guru meminta hotimah maju kedepan untuk menjawab soal dia tidak mau maju karena tidak berani kurang percaya diri , Bahkan diminta guru berbicara hotimah sering diam membalasnya dengan bahasa tubuh. Hal ini tidak sesuai Erikson pada tahap kempat semangat versus percaya diri Pada tahap ini anak mulai mengarahkan energinya untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual, namun dalam tahap ini pula rasa rendah diri anak dapat berkembang jika anak diperlakukan dengan tidak baik. (santrock,2012. Hlm. 26) dengan demikian dapat dikatakan perkembangan Sosio-emosional khotimah juga bermasalah atau tidak normal.
B.       Prediksi
Masalah yang dialami hotimah sebenarnya cukup kompleks dari perkembangan fisik-motorik, kognitif-bahasa, sosio-emosi.cuma disini akan lebih memfokuskan keperkembangan sosio-emosional saja. dalam pergaulannya hotimah anak yang pendiam atau pemalu jarang sekali berbicara selalu menyendiri ketika jam istirahat. Pernah didalam kelas ketika guru meminta hotimah maju kedepan untuk menjawab soal dia tidak mau maju karena tidak berani kurang percaya diri , Bahkan diminta guru berbicara hotimah sering diam membalasnya dengan bahasa tubuh.
Akhirnya aku mencoba mencari tahu dengan berbicara kepada ibu hotimah untuk mengetahui penyebab kenapa hotimah menjadi pribadi yang pemalu dan kurang percaya diri. Hotimah adalah anak pertama, orang tuanya menikah ketika ibunya berumur 22 tahun dan ayahnya berumur 35 tahun. Ketika melahirkan hotimah ibunya berumur 23 tahun tahun dan pas tidak ada prematur ketika melahirkan. Tetapi ketika hotimah sudah dilahirkan, ibunya kembali mengandung dan jarak antara umur dengan adiknya 1 tahun, ibunya mengakui ketika bayi ibunya kurang memperhatikan hotimah lebih perhatian ke adiknya. Ketika melihat adiknya, terlihat memang adiknya lebih besar dan terlihat lebih percaya diri.
Dengan demikian penyebab hotimah menjadi pribadi pemalu dan kurang percaya diri adalah perlakuan orang tua Hotimah yang kurangnya perhatian kepadanya yang menjadikan pribadi yang pemalu. Menjadi seorang pemalu atau kurang percaya diri  bukanlah sesuatu hal yang buruk, karena memang setiap orang pasti memiliki rasa pemalu itu.  Tetapi itu akan menjadi lebih parah apabila menjadi seseorang yang pemalu takut, sehingga merasa rendah diri dan merasa tidak berguna ketika berhadapan dengan orang lain.

C.      Modifikasi
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang dialami Hotimah yaitu:
1.      Memberikan perhatian yang lebih baik itu dari Orang tua dan guru untuk melihat apa yang menyebabkan ia tidak diterima oleh kelompok teman sebayanya
2.      Menanamkan sifat percaya diri pada siswa tersebut. Caranya dengan membeirkan penjelasan yang logis dan dapat dimengerti. Misalkan : manusia adalah makhluk yang paling sempurna, setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan sebagainya.
3.      Memberi dorongan dengan perlahan-lahan, setingkat demi setingkat. Jangan memaksa anak yang pemalu atau Kurang percaya Diri untuk menjawab maju kedepan tetapi berikan dia semangat agar menjadi pribadi percaya diri walaupun jawabannya salah.. Karena kegagalan dalam usahanya, sifat malu dapat mendorong dia lebih mundur. Berilah ia kesempatan untuk emnghayati keberhasilan dalam usahanya.
4.      Memberikan pekerjaan/Tugas yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Anak yang pemalu atau Kurang percaya diri biasanya tidak mempunyai ketrampilan untuk memulai berpartisipasi dalam kelompoknya.
5.      Menolong siswa agar ia dapat makin diterima oleh kelompoknya.
6.      Guru perlu menunjukkan kepada anak bahwa anak diterima oleh guru dan bahwa partisipasinya dihargai.
7.      Atau diserahkan ke Psikologi agar ditangani dengan tepat
KESIMPULAN
Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik. Siswa  pemalu memang sulit  untuk diatasi. Walupun tidak begitu telihat, namun secara tidak langsung hal itu mengakibatkan potensi yang dimilkinya menjadi terhalang.
Mengatasi  siswa atau anak pemalu tidak bisa dilakukan secara sepontan, harus dilakukan setahap demi setahap. Sebab ini berkaiatan dengan kebiasaan / kepribadian dirinya. Dan mengubah kebiasaan / kepribadian tidak bisa secara langsung. Oleh karena itu mengatasi anak yang pemalu perlu kesabaran dan keuletan. Dan untuk batas waktu tidak bisa ditentukan secara pasti, tergantung seberapa besar siswa atau anak tersebut mau berubah.

DAFTAR PUSTAKA
Crain, W. (2014). Teori Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Feldman, P. O. (2009). Human Development. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Hurlock, Elizabeth B. (1956). Child Development. New York: Mc Graw Hill.
Jamaris, M. (2010). Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Yayasan Penamas Murni.
Santrock, J. W. (2012). Life-Span Development. Penerbit Erlangga.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar